Keluarga

Keluarga

Minggu, 22 April 2012

Bukti Tidak Ada Tuhan Selain Allah


Tahukah Anda bahwa sebagai orang yang mengaku beriman sekalipun, prinsip dan kelakuan yang di luar jalur Islam penyebabnya kadang sesimpel karena ia tak benar-benar tahu bahwa Tuhan itu ada? Ia tak bisa menunjukkan bahwa Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah?
Coba, tunjukkan kepada saya bahwa Tuhan itu ada. Di mana?
Baiklah, kalau Anda sudah yakin bahwa argumentasi Anda tak tergoyahkan, Anda boleh tak membaca tulisan ini.
Bagi yang belum yakin, tuntaskan tulisan ini. Akan saya tunjukkan kepada Anda bagaimana saya menemukan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Ide Transendental
Ide tentang zat yang berada di luar jangkauan manusia, transenden, muncul secara wajar dari ketidakmengertian manusia mengenai banyak hal, sementara hal-hal tersebut begitu unik, ajaib, atau bahkan mengagumkan.
Manusia tak mengerti kenapa pohon kelapa bisa terbakar setelah ada petir, maka ia menanamkan ide di kepala bahwa pasti ada “dewa petir”. Para prajurit perang tak mengerti bagaimana pasukan yang sedikit bisa mengalahkan pasukan lawan yang jumlahnya berlipat-lipat, maka muncullah kepercayaan nasib yang ditentukan “dewa perang”. Atau siapa yang menggantungkan bintang di langit setinggi itu, matahari terbit setiap pagi, bulan purnama bersinar indah?
Salah satu pendekatan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang belum dimengerti tersebut adalah sains.
Setelah merumuskan teori dan implikasinya, lalu dikonfirmasi oleh percobaan, fenomena pohon kelapa terbakar tadi dapat dijelaskan melalui “fisika sederhana”. Dengan memahami komposisi pasukan, faktor pemimpin, spirit pasukan, atau tujuan peperangan, seorang ahli strategi bisa mengatakan bahwa pasukan sedikit yang menang tadi merupakan contoh “seni perang”. Masalah bintang, matahari, dan bulan itu urusan astronomi.
Dari sini, banyak kejadian atau hal yang tak dimengerti sebelumnya dapat dijelaskan secara logis. Kita jadi tahu bahwa bumi ini bulat. Kita juga jadi tahu bahwa penyakit flu bisa diobati sehingga tak menyebabkan kematian massal seperti yang terjadi di zaman Inca.
Tentu sains tak sebatas sains eksak. Dari sisi psikologi, misalnya, kita bisa membangun rumah sakit jiwa.
Secara keseluruhan, sains membantu kita memahami bagaimana alam semesta ini bekerja.
Efek sampingnya, bagi yang mendapat kepuasan dengan penjelasan-penjelasan sains itu, ia jadi tak memerlukan lagi ide zat transendental tadi. Toh ia tahu bahwa orang yang duduk lama di bawa pohon rindang bisa pingsan karena kekurangan oksigen, bukan karena penunggu pohon. Bahkan ia tahu kapan matahari akan padam.
Lebih jauh, sains tak mendeteksi adanya zat transendental. Sains tak mendeteksi adanya Tuhan. Tuhan tak bisa dilihat, tak bisa diraba, atau tak dapat dicicipi. Tak pernah terjadi, misalnya, seorang ahli optik setelah bekerja selama 10 tahun dengan penuh dedikasi, tibalah suatu hari ia berlari keluar laboratorium sambil berteriak, “Eureka! Eureka…!” Ia telah melihat Tuhan melalui teropong!
Tak pernah.
Orang-orang yang tak mendeteksi adanya Tuhan secara ilmiah itu lalu menyimpulkan dengan lantang bahwa Tuhan tidak ada. Bahwa alam semesta ini muncul dari ketaksengajaan (coincidence), bukan diciptakan. Kita sebut saja kelompok orang ini sebagai materialis.
Berpikir Seperti Saintis
Seseorang mungkin akan membuat Anda ragu dengan pertanyaan: “Sains tahu jawabannya, kenapa Anda masih percaya Tuhan?” Mari kita bantah dengan beberapa poin berikut.
1. Postulat
Secanggih-canggihnya pencapaian sains, semuanya berdasar pada postulat. Postulat adalah pernyataan yang dianggap benar tanpa pembuktian. Dari postulat ini dapat diturunkan implikasi-implikasi lain sehingga terkonstruksi suatu bangunan ilmu pengetahuan; biasanya dinyatakan dalam teorema, proposisi, dan akibat (corollary). Salah satu postulat yang terkenal adalah Hukum Kekekalan Energi:
Energi tak dapat dimusnahkan dan diciptakan. Ia hanya berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain.
Pernyataan ini diterima begitu saja, dianggap benar tanpa perlu dibuktikan. Seorang saintis sama sekali tak bereksperimen untuk menciptakan energi baru, tak pula ia berusaha memusnahkan suatu energi. Pokoknya itu benar.
Jika digabungkan dengan Hukum Kekekalan Massa, didapat ekuivalensi antara masa dan energi seperti E=mc2 yang terkenal itu.
Contoh lain:
Hanya ada tepat satu garis yang melalui dua titik yang berbeda.
Pernyataan ini tak pernah dibuktikan, tapi implikasinya sangat dahsyat. Salah satunya kajian geometri bola (Spherical Geometry). Ambil contoh bola dunia. Jika bumi dianggap bola berjari-jari 1 m, tahukah Anda luas seluruh permukaan bumi 4 pi m2 itu akibat dari pernyataan di atas? Atau tahukah Anda berapa jumlah minimal satelit agar GPS berfungsi dengan baik di seluruh permukaan bumi?
2. Asumsi
Perilaku alam ini sungguh kompleks. Berinteraksi satu sama lain; Berubah terhadap waktu; Sementara otak manusia tak bisa mengimbangi. Karena itu, diperlukan suatu penyederhanaan agar mudah dipahami tanpa menghilangkan keadaan yang sebenarnya. Alat untuk menyederhanakan tersebut, saintis bermain dengan asumsi. Asumsikan “begini”, didapat suatu rumusan. Asumsikan “begini dan begitu”, didapat rumusan yang berlainan (atau berkaitan).
Misalnya, jika Anda ingin menentukan waktu tercepat untuk menempuh Jakarta-Bandung, percayalah, asumsikan bukan hari libur.
3. Tingkat Kepercayaan
Untuk ilmu-ilmu yang bukan teoritis/analitis, struktur bangunannya dibentuk dari hasil pengamatan/percobaan. Perlu diketahui bahwa perilaku alam ini juga tak bisa ditentukan secara pasti. Kita hanya mengamati suatu kejadian berdasar pada “peluang” ia terjadi. Dengan asumsi yang sesuai, suatu pengamatan akan diinterpretasikan “selogis mungkin” dengan “kesalahan sekecil mungkin”. Keberterimaan suatu interpretasi ditentukan oleh tingkat kepercayaan (level of acceptance). Dalam ilmu statistik, jika tingkat kepercayaan ini tinggi, 95% misalnya, kesimpulan dari suatu percobaan dapat dipandang ilmiah.
Meskipun ada kesalahan, kita mempertahankan interpretasi ini karena Hukum Bilangan Besar dan Teorema Limit Pusat (Central Limit Theorem), dalam artian: jika perlakuan terhadap sampel percobaan dilakukan berulang-ulang “cukup besar”, interpretasi akan “konvergen” (converge) ke keadaan yang sebenarnya.
Memahami ketiga hal di atas, kita bisa mematahkan prinsip materialis dengan satu sudut pandang saja: cacat logika (logic flaw).
Keunggulan metode sain melalui ketiga dasar di atas terletak pada kemampuan sains untuk “memprediksi” suatu kejadian. Hasil dari keunggulan tersebut termanifestasi dalam “produk sains”. Misalnya, dalam ilmu kimia kita kenal efek fotolistrik, maka kita bisa membuat mesin foto kopi.
Prediksi yang paling menakjubkan terjadi pada relativitas ruang dan waktu dalam teori relativitas Einstein: bahwa di sekitar benda yang massif, ruang itu melengkung. Ini “dikonfirmasi” oleh pengamatan Eddington dengan memotret benda langit saat gerhana matahari. Terlihat benda yang sama memiliki citra yang berbeda karena cahaya tidak merambat lurus. Ilustrasinya, jika sebuah pintu “sangat berat”, cahaya yang mengenai benda di balik pintu “berbelok” ke samping pintu sehingga sampai di mata kita, karena ruang di sekitar pintu itu melengkung, sehingga kita bisa melihat benda tersebut seolah-olah pintu tembus pandang.
Pengkonfirmasian teori melalui percobaan ini perlu kita luruskan. Ingat bahwa interpretasi “Tuhan tidak ada” tunduk pada implikasi dari postulat awal yang dibentuk. Penghubung antara postulat dan interpretasi adalah serangkaian hubungan sebab-akibat. Seperti yang pernah kita pelajari di SMA kelas 1 dulu, bentuk sebab-akibat yang paling umum dan sederhana bisa diambil contoh berikut.
“Jika saya lapar, maka saya makan.”
atau
“Semua orang Subang adalah warga Indonesia.”
Hasil konfirmasi itu terletak setelah kata “maka”. Secara pasti:
Jika teori berlaku, maka konfirmasi terjadi.
Padahal kita tahu:
Kalau saya makan, belum tentu saya lapar. Bisa saja karena memang saya rakus.
Atau bukankah tidak semua warga Indonesia itu orang Subang? Ada orang Bali!
Selanjutnya, kalau saya tak lapar, apakah saya tidak akan makan? Belum tentu. Bisa saja saya makan meskipun belum lapar. Atau kalau saya bukan orang Subang, apakah saya bukan warga Indonesia? Belum tentu. Saya mungkin orang Medan, tapi saya masih warga Indonesia.
Nah, interpretasi eksistensi Tuhan melalui pendeteksian oleh sains bisa kita tulis sebagai berikut.
“Jika Tuhan terdeteksi, maka Tuhan ada.”
Seperti penalaran sebelumnya, bukankah:
  1. Jika Tuhan tak terdeteksi, belum tentu Tuhan tidak ada. Bisa saja Tuhan ada, tapi tak terdeteksi.
  2. Jika Tuhan ada, belum tentu Tuhan terdeteksi. Bisa saja Tuhan ada, tapi tak terdeteksi.
Jadi, ketidakmampuan manusia mendeteksi Tuhan secara fisik (Tuhan tak terlihat, tak dapat dicicipi, atau tak dapat diraba), sama sekali tak menghilangkan fakta eksistensi Tuhan itu sendiri!
Holistik
Kesadaran akan adanya zat transendental juga muncul ketika kita memandang kehidupan dan alam semesta secara keseluruhan/holistik. Tadi kita melihat dari sisi “Bagaimana bumi mengelilingi matahari?”, sekarang kita lihat dari “Kenapa hanya di planet bumi terdapat makhluk hidup?”. Untuk itu, mari kita sikapi ketidakmengertian akan fenomena-fenomena seperti pohon kelapa terbakar bukan pada “bagaimana”, melainkan pada “latar belakang dan tujuan”. Ilustrasi yang paling umum adalah sebagai berikut.
Jika Anda pergi ke suatu kota, lalu Anda melihat gedung yang sangat indah, Anda akan bertanya-tanya: siapa pemilik gedung ini? siapa arsiteknya?, jumlah pegawainya?
Saya jawab:
Tidak ada yang mengerjakan gedung tersebut, apalagi arsitek. Gedungnya tiba-tiba tadi pagi ada di sana. Mungkin batu-batu dari gunung terbawa longsor, kaca dan besi berkumpul, lalu terbentuklah bangunan indah. Singkatnya, gedung itu terbangun secara kebetulan.
Anda menyangkal: tidak mungkin!
Nah, mari kita terapkan penalaran yang sama terhadap alam semesta. Apakah Anda tidak merasakan keindahan bintang-bintang yang bersinar di malam hari itu? Pernahkah Anda mengajak kekasih Anda untuk menyaksikan matahari terbit dari atas bukit? Lalu Anda berpikir bahwa keindahan itu terjadi secara kebetulan?
Kita sangkal: tidak mungkin!
Orang-orang yang menyadari adanya “campur tangan” zat transendental, secara naluriah akan mencari siapa/apa zat tersebut. Sama seperti ketika kita sudah yakin bahwa gedung indah di kota tadi pasti dibangun, kita akan mencari siapa arsiteknya. Kelompok orang ini lalu masuk ke pencarian Tuhan.
Kita ambil contoh cara Nabi Ibrahim berdakwah kepada kaumnya. Misalkan seseorang awalnya mengira matahari adalah Tuhannya, tapi ketika matahari terbenam, ia ragu, harusnya Tuhan tidak terbenam. Kemudian ia menganggap bulan itu Tuhan, tapi ketika datang siang, ia ragu, harusnya Tuhan tidak hilang siang dan malam.
Sama seperti kita mencari sesuatu, kita bisa menemukan sesuatu itu karena hal-hal berikut.
1. Tanda-tanda
Kalau kita mencari kuda hilang, kita akan memperhatikan tapak kakinya.
2. Informasi dari orang lain
Kita akan bertanya, barangkali ada yang melihat kuda.
3. Sesuatu itu sendiri yang menampakkan diri.
Kudanya sendiri yang menampakkan diri kepada kita.
Ide zat transendental tadi baru sampai pada poin 1. Kita baru menyadari bahwa ada tapak kuda, kita melihat bintang-bintang yang menakjubkan. Poin 2 bisa terjadi kalau memang ada yang telah melihat zat tersebut. Sampai sini, Tuhan tahu keterbatasan manusia; dengan segala kesibukannya, egoismenya, atau godaan setan. Tuhan juga tahu sains tidak akan mendeteksi diri-Nya. Maka, kita perlu poin 3. Jadi, Tuhan sendiri yang akhirnya memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada manusia.
Tapi Tuhan selektif, Ia tak memberi tahu sembarang orang. Ia hanya memberi tahu orang-orang yang benar-benar mencari Tuhan. Lebih jauh, Tuhan memperkenalkan diri lewat manusia pilihan yang disiapkan untuk member tahu manusia lainnya. Dalam hal ini, kita namai nabi.
Nah, saya akan menggunakan informasi yang diberikan Tuhan kepada nabi tersebut seakan-akan kita sudah tahu bahwa informasi tersebut valid/otentik/benar. Kita akan lihat nanti bagaimana satu informasi bisa didapat dari informasi lain dan antar informasi saling menguatkan, termasuk klaim validasi itu sendiri. Dan sumber informasi yang digunakan adalah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur’an.
Perhatikanlah bagaimana cara Tuhan memperkenalkan diri melalui ayat-ayat berikut.
1. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha 20:14)
Secara gamblang:
“Sampaikan kepada orang-orang yang mencari Tuhan itu, Muhammad, Akulah Allah, Tuhan kalian. Aku yang menciptakan langit dan bumi, bahkan diri kalian sendiri. Lalu beribadahlah kepadaku supaya kalian ingat terus, tidak lupa, tidak tersesat.”
Tapi apakah Muhammad sekadar menciptakan ide transendental melalui kepalanya sendiri? Apakah konsep Allah itu hasil pemikirannya sendiri? Sekadar untuk menarik simpati dengan membuat wadah keagamaan? Tidak. Allah sendiri memberi tahu:
2. “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm 53:3-4)
Secara gamblang:
“Hey, kamu yang masih ragu-ragu, juga kamu yang mencari-cari kesalahan, apa yang dikatakan Muhammad itu bukan berasal dari pikirannya, tapi datang dari Aku, Tuhan kalian.”
Untuk lebih meyakinkan bahwa Al-Qur’an ini datang dari Tuhan, Tuhan sendiri memberikan ruang kontemplasi:
3. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. Al-An’am 4:82)
Tapi di dalam Al-Qur’an tidak ada yang bertentangan, baik antar ayat, maupun dengan observasi sains. Maka, pastilah Al-Qur’an itu datang dari Tuhan. (Ingat, kalau saya tak makan, pastilah saya tak lapar.)
Apa? Anda masih menolak? Tuhan menantang Anda:
4. “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah 2:23)
Secara gamblang:
“Kalau Anda tidak bisa membuat satu ayat saja yang seperti Al-Qur’an, maka Anda orang-orang yang salah. Jadi, akuilah bahwa Aku ini Tuhanmu.”
Menurut hemat saya, kalau Anda mencoba membuat-buat satu surat saja, secara tak langsung Anda telah mengakui bahwa itu perkataan Tuhan. Anda hanya mencari-cari fitnah.
Jika kita mengasosiasikan Tuhan sebagai zat yang menciptakan alam semesta, wajarlah jika kita menganggap-Nya sangat hebat, sementara kita makhluk kerdil yang tak ada apa-apanya. Tuhan menciptakan DNA, sementara manusia harus berabad-abad untuk mengetahui adanya DNA.
Dengan hanya 4 pokok pengenalan tersebut, pembuktian eksistensi Tuhan sepenuhnya terletak pada validasi Al-Qur’an. Padahal, validasi ini telah diberikan oleh poin 3:
Al-Qur’an datang dari Tuhan, maka seluruh isinya merupakan kebenaran.
Sampai sini, kita sudah membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Lalu, untuk membuktikan bahwa Tuhan itu hanya satu, kita ambil saja ayat Al-Qur’an berikut ini:
“Katakanlah (olehmu, Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa’.” (QS. Al-Ikhlash 112:1)
Jadi, Tuhan itu ada dan hanya satu, yaitu Allah


Sabtu, 21 April 2012

4 CIRI COWOK SEDANG MEMBUAL



Ada beberapa wanita yang kurang berpengalaman menghadapi laki-laki pembual? Bahkan mereka tak sadar bila mereka sedang dibohongi.
Mungkin beberapa contoh ini bisa membuat Anda mengenali mereka lebih dalam. Hingga tentu saja bisa selamat dari jebakan bohong mereka.
1. Ketika ia sedang menceritakan kebohongannya saat duduk di kursi cobalah perhatikan. Biasanya dia akan menempelkan kakinya pada kaki kursi atau meja. Seperti berusaha menahan sesuatu. Sebab menurut pakar bahasa tubuh Janine Driver pria berbohong akan cenderung menunjukkan sikap yang kaku. “Ini menandakan ia sedang memakai pengendalian dirinya untuk menceritakan kebenaran” tambah Driver.
2. Tiba-tiba ia menyembunyikan telapak tangannya. Dengan cara melipat tangannya, atau menyembunyikannya di saku, atau tiba-tiba memegang ponsel, bisa juga tiba-tiba menduduki telapak tangannya. “Sebab menampilkan telapak tangan menunjukkan kenyamanan dan keterbukaan. Jadi ketika dia berbohong, secara naluriah akan merasa perlu untuk menyembunyikannya,” kata Patti Wood, penulis Sukses Buku Petunjuk Untuk Membaca Bahasa Tubuh.
3. Ketika berbicara dengan Anda dia sering mengangkat salah satu atau kedua bahunya. Sebab Driver menambahkan lagi kalau pria mengangkat bahu mereka ketika menyatakan pernyataan yang definitif seperti “aku tidak kencan dengannya” itu tandanya dia berbohong. Mengapa, dengan mengangkat bahu dia seperti membatalkan ketidakbenarannya, fungsinya sama ketika dia menyilangkan jari di belakang punggung.
4. Tandanya mereka berbohong adalah menggunakan jari telunjuknya untuk menggosok persis di bawah hidungnya. Menurut Wood cara ini biasa dipakai pria untuk menutupi mulutnya ketika ia berbicara. “Cara ini biasanya dipakai pria yang tidak suka berbohong sehingga ketika berbohong ia menyentuh mulutnya seakan-akan tak percaya apa yang baru ia katakan” tambah wood. Jadi wanita, waspadalah.

cerita jodoh


Apa yang terlintas di benak Sahabat pertama kali ketika membaca judul tulisan ini??
Oohh.. Mungkin ada yang berpikir bahwa sang penulis akan berbagi tentang cerita jodohnya.
Tentunya di sini aku takkan berbagi tentang cerita jodohku karena aku sendiri belum mengalaminya. Namun, aku akan berbagi tentang cerita jodoh(ku). “Ku” yang dimaksudkan di sini adalah orang yang sudah mengalami proses dalam menjemput jodohnya. Setiap kita mempunyai scenario hidup termasuk cerita jodoh yaitu bagaimana proses penjemputan jodoh masing-masing. Mungkin ada yang awalnya tak saling kenal akhirnya menikah. Atau ada juga yang sudah kenal sejak lama dan akhirnya menikah walaupun tak pernah menduga sebelumnya.
Perkenankan aku untuk mengutip perkataan Pak Mario Teguh yang SUPER SEKALI: “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dariNYA, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.”
Ya! Jodoh itu adalah bagian dari rezeki, perlu diusahakan, perlu diikhtiarkan. Nah, proses ikhtiar dalam penjemputan jodoh inilah yang akan aku angkat dalam tulisan ini. Cerita Jodoh(ku), yang aku dapatkan dari sumber orang pertama dan orang kedua atau bahkan orang kesekian. Ada berbagai cerita yang aku angkat di sini yang semoga saja bisa menginspirasi dalam mengikhtiarkan penjemputan jodoh kita.
Cerita Jodoh(ku) part 1: Berawal dari Facebook
Ada seorang ikhwan yang profesinya sebagai seorang trainer menemukan jodohnya via Facebook. Bagaimana hal itu bermula? Mari aku ceritakan kisah tentang mereka.
Bagi seorang trainer, menjaga silaturahim dengan orang-orang yang telah ditrainingnya adalah sebuah keniscayaan. Begitu pun dengan ikhwan trainer ini. Di setiap akhir training, ia selalu memberikan nama akun FBnya agar para peserta training bisa tetap menjaga silaturahim dengan sang trainer via FB.
Suatu hari, seperti biasa, ketika seorang trainer menulis status FB, pasti berbau hal-hal yang bisa memotivasi seseorang, seperti apa yang selama ini dilakukan mereka via training. Izinkan aku untuk mengutip sebuah lirik yang mungkin tak asing di telinga kita: “Berawal dari Facebook baruku.. Kau datang dengan cara tiba-tiba..”
Ya! Berawal dari sebuah status FB sang trainer yang begitu memotivasi para pembaca, ada salah seorang akhwat yang pernah menjadi peserta training yang mengomentari status tersebut. Intinya, sang akhwat tersentuh dengan kata-kata yang dituangkan sang trainer dalam statusnya. Dari situlah, sang trainer akhirnya berkunjung ke FB sang akhwat -karena merasa belum mengenal sang akhwat- hanya sekadar ingin mengingat-ingat mungkin sang akhwat pernah menjadi salah satu peserta trainingnya.
Tak dinyana, ketika memasuki halaman FB sang akhwat, ada sebuah rasa yang muncul dalam hati dan sebuah bisikan yang begitu halus dan berulang : “Aku yakin, dia jodohku..”. Interaksi dan komunikasi pun terjalin via FB hingga akhirnya sang trainer memutuskan untuk meminang sang akhwat menjadi istrinya. Gayung pun bersambut, sang akhwat menerima pinangan itu dan mereka menikah. Simple, isn’t it?
Cerita Jodoh(ku) part 2: Love at the first sight
Love at the first sight atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “cinta pada pandangan pertama”. Menurut penelitian para ilmuwan, cinta jenis ini sering terjadi pada laki-laki. Ketika seorang laki-laki melihat seorang perempuan dan dengan serta merta ada rasa cinta tumbuh dari sana. Itulah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, ada suatu ketertarikan tertentu saat pertama kali melihat seorang perempuan.
Pada suatu agenda dakwah, yang tanpa hijab (pembatas antara ikhwan dan akhwat), seorang ikhwan -yang memang sedang mencari jodohnya- merasa menemukan jodohnya ketika ia melihat dari kejauhan ada seorang akhwat yang membuat jantungnya berdebar-debar dan muncullah bisikan dari hatinya: “Aha, dialah orangnya..”
Tentu, bagi aktivis dakwah ketika ada perasaan yang muncul terhadap lawan jenis, tak serta merta disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan. Sang ikhwan berjuang untuk mengikuti kata hatinya karena ada keyakinan yang mendalam bahwa akhwat itulah jodohnya. Karena ia pun sudah masuk dalam kategori ‘siap nikah’, maka tak ada kata lain selain untuk berta’aruf dengan sang akhwat. Ia mencari tahu siapa Murabbiyah (guru ngaji) sang akhwat dan mencari tahu nomor HPnya. Allah pun memudahkan jalannya. Sang murabbiyah akhwat ternyata adalah orang yang sudah dikenalnya. Sang ikhwan akhirnya menghubungi sang murabbiyah dan menyatakan diri untuk berta’aruf dengan akhwat yang dimaksud.
Sang akhwat yang tidak tahu menahu tentang sang ikhwan, akhirnya mengiyakan untuk melanjutkan proses ta’aruf, tentunya setelah istikharah panjangnya. Proses ta’aruf pun berlangsung, mulai pertemuan pertama, kedua, yang didampingi oleh guru ngaji masing-masing (tak berduaan), ada begitu banyak kecocokan, dan akhirnya pertemuan berlanjut ke pertemuan pihak keluarga masing-masing. Kedua pihak keluarga pun merasa cocok, tak ada masalah, hingga akhirnya sang ikhwan mengkhitbah (meminang) sang akhwat dan tanpa berlama-lama dalam proses, mereka pun menikah. Barakallah..
Cerita Jodoh(ku) part 3: Halalkan saja..
Jika dua cerita di atas berkisah tentang dua orang yang awalnya belum saling kenal dalam menemukan jodohnya, maka pada cerita ketiga ini, aku menceritakan kisah yang sedikit berbeda, dua orang yang sudah saling kenal dan memang mereka berjodoh pada akhirnya.
Cerita ini bermula dari tiga orang aktivis dakwah yang diamanahkan untuk pergi ke suatu kota untuk suatu tugas dakwah tertentu, untuk menetap agak lama di kota itu. Tiga orang ini terdiri dari dua akhwat dan satu ikhwan. Qadarullah, salah seorang akhwat tidak bisa pergi karena ada satu keperluan yang begitu mendesak yang tidak bisa ditinggalkan. Lantas bagaimana dengan tugas dakwah yang sudah diamanahkan kepada mereka bertiga? Akankah tetap berjalan dengan satu orang yang tidak ikut serta? Itu berarti hanya ada satu ikhwan dan satu akhwat yang akan pergi. Dan mereka berdua bukanlah mahramnya. Bukankah akan terjadi fitnah yang besar jika dua orang yang bukan mahramnya melakukan perjalanan bersama?
Maka, mereka pun berkonsultasi kepada sang qiyadah. “Ustadz, bagaimana kami bisa pergi berdua saja karena kami bukan mahram? Adakah yang bisa menggantikan al-ukh yang tidak bisa pergi itu? Ataukah ustadz ada saran lain?”
Sang ustadz menjawab dengan mantap: “Ya sudah, halalkan saja..”. Akhirnya, mereka menikah dan melanjutkan perjalanan dakwah bersama. Subhanallah, inikah yang dinamakan ‘”menikah di jalan dakwah”?? Ketika hati tak lagi ragu, ketika dakwah menjadi alasan pernikahan mereka, bukan alasan lain yang bersifat duniawi.
Cerita Jodoh(ku) part 4: Ternyata jodohku dia..
Seorang ikhwan yang dikategorikan siap nikah, sedang berikhtiar menjemput jodohnya. Proposal nikah pun sudah diajukan kepada sang Murabbi untuk dicarikan pendamping hidup.
Tak lama berselang, ta’aruf dengan seorang akhwat pun dilakukan. Namun, proses kandas di tengah jalan. Ta’aruf-ta’aruf berikutnya pun demikian, tak ada yang sampai pelaminan bahkan khitbah pun belum. Berkali-kali ta’aruf, rupanya sang ikhwan belum juga menemukan jodohnya.
Hingga akhirnya pada suatu ketika, sang ikhwan ditawari seorang akhwat oleh sang Murabbi. Akhwat yang dimaksud tak lain tak bukan adalah adik kelasnya yang juga satu organisasi dakwah. Proses ta’aruf yang dijalani begitu lancar dan berlanjut hingga ke pelaminan.
“Ternyata jodohku dia..”, gumam sang ikhwan setelah pernikahan berlangsung. Mungkin akan ada suatu lintasan pikiran dalam benak sang ikhwan: “Andai saja dari dulu saya tahu kalo jodohku dia, dari awal aja proses dengan dia..”. Sayangnya, kita tak pernah tahu siapa jodoh kita sebelum kita benar-benar menemukannya dan menikah dengannya.
####
Sahabat, begitulah beberapa cerita jodoh(ku) yang bisa aku angkat dalam tulisan ini. Ada yang pertama kali berinteraksi, langsung mengetahui bahwa dia jodohnya. Ada pula yang sudah kenal sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata berjodoh. Jodoh benar-benar misteri, tinggal kita yang memilih bagaimana proses penjemputan jodoh yang akan kita torehkan dalam cerita jodoh(ku). Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga menuai berkah Allah.
Jika di awal jalan menuju pernikahan saja sudah tidak berkah, maka mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud? Semoga kita bisa menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.
Sahabat, memang betul bahwa Allah pembuat scenario terbaik, sutradara terbaik dalam kehidupan ini. Tapi ingat! Kita adalah aktornya, performance aktor lah yang akan dilihat, bisakah sang aktor berperan sesuai dengan yang diharapkan sang sutradara seperti yang tertuang dalam scenario?
Allah memang sudah menetapkan jodoh kita di Lauh Mahfudz sana, jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Apakah kita akan berjodoh dengan orang yang belum dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan dekat di sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh yang disertai keberkahan atau tidak.
Lantas apa yang dimaksud dengan berkah Allah dan bagaimana cara agar apa yang dilakukan senantiasa mendapat keberkahan dari Allah?
Berkah, jika dilihat dari bahasa berupa kata ‘al-barakah’, yang artinya berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Asal makna keberkahan, begitu Imam Nawawi berkata, ialah kebaikan yang banyak dan abadi.
Ada 2 syarat agar barakah Allah senantiasa menaungi kita. Pertama, iman kepada Allah. Jadi, hanya orang mukminlah yang mendapatkan barakah Allah, seperti yang Allah sampaikan langsung melalui surat cintaNYA:
”Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raaf [7] : 96)
Orang yang merealisasikan keimanannya kepada Allah, dengan hanya bergantung padaNYA, yakin padaNYA, senantiasa menyertakan Allah dalam setiap apa yang dilakukan, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan barakah Allah. Semoga kita termasuk ke dalamnya. Aamiin.
Syarat kedua, amal shalih. Amal shalih adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA, sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Jadi, untuk meraih keberkahan dalam ikhtiar menjemput jodoh, kita harus YAKIN ke Allah bahwa jodoh kita takkan pernah tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon petunjukNYA. Dan yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin dekat ke Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangNYA. Tidak bermaksiat ketika proses menjemput jodoh itu berlangsung. Tidak ada jalan berdua yang akan mendekati zina, tidak ada sms mesra dengan kata-kata penuh cinta, tidak ada chatting untuk hal-hal yang tak penting, sebelum akad ditunaikan.
Setiap orang yang sedang dimabuk cinta -tulis Dr. Khalid Jamal dalam buku Ajari Aku Cinta di halaman ke 25- pasti ia tidak menghendaki kekasihnya merupakan salah satu komponen kemaksiatan yang ia lakukan. Demikian pula ia tidak mau menjadi salah satu komponen kemaksiatan yang dilakukan kekasihnya. Camkanlah arti kata cinta yang amat mulia tersebut.
Bukankah kita sudah yakin dengan janji-NYA yang tertuang seperti ini dalam ayat cintaNYA?
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-nuur [24] : 26)
Maka, hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri. Yakinlah, ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun yang entah berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam kitabNYA, juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah mempertemukan kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu untuk diusahakan.
Sahabat, jika diibaratkan hari ini kita berada pada waktu pagi setelah sarapan, maka bertemunya kita dengan sang jodoh adalah waktu makan siang kita. Jika sudah tiba waktu makan siang, maka kita pun akan segera sampai pada waktu makan siang kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan waktu dari pagi hingga siang itu untuk mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bukan sekadar menunggu jam makan siang yang akan membuat kita menjadi bosan.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar mencari atau meminta dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling penting adalah mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan, bukan persiapan hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku maksudkan di sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita menjadi seorang suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah siapkah kita menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi adik/kakak ipar, sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar suami/istri kita, dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan pertanyaan utama yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga kita nantinya??
Maka, Sahabat, mari kita tunggu waktu makan siang kita dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan saja menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan, tapi juga menyibukkan diri dengan amanah yang saat ini kita emban. Jangan sampai kita focus menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah menelantarkan apa-apa yang saat ini Allah amanahkan kepada kita. Umat butuh kontribusi kongkret dari kita -para pemuda-, maka bekerjalah. Bekerja untuk Indonesia. Bekerja untuk Allah.
Terakhir, izinkan aku mengutip sebuah kalimat dari Majalah Ummi edisi 02/XVII/Juni 2005:
“… menikah justru akan membuka pintu rizki, bila dilakukan dengan persiapan yang matang, pemikiran yang tepat dan niat yang ikhlas. Mudah-mudahan Allah berkenan memberikan kemudahan kepada kita semua…”
By: LhinBlue, yang sering khilaf dalam berkata-kata, yang masih dangkal dalam setiap ilmu


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/14397/cerita-jodohku/#ixzz1sfEMGhvv

Kriteria Wanita Shalihah


Kriteria Wanita Shalihah
Wanita shalihah menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Ia mampu memelihara rasa malu sehingga segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Wanita shalihah terlihat dari perbuatannya selalu berusaha sesuai dengan syariat Islam, yaitu sesuai Al Qur’an dan hadits nabi. Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah SWT memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya dan menutup auratnya.
“… Maka wanita shalihah ialah yang taat kepada Allah serta memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karena Allah telah memelihara (mereka) …” (QS. An-Nisa’: 34)
Wanita shalihah akan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya,
Wanita shalihah adalah wanita yang mampu memelihara rasa malu, malu kepada Allah jika melanggar  aturan-aturan Allah dalam Al-Qur’an terutama saat ini seakan akan manusia selalu mengejar model pakaian tanpa menghiraukan apakah modelnya sudah sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Wahai saudari-saudariku yang cantik, yang manis, malulah kepada Allah dan jangan mempermalukan dirimu sendiri atau menzhalimi diri sendiri, jika sudah paham bahwa menutup aurat, taat kepada suami, orang tua  maka jangan pernah merasa malu untuk melaksanakannya sebab itu jalan menuju syurga Allah SWT.
Banyak wanita bisa menjadi sukses, tetapi tidak semua bisa menjadi shalihah, bahkan wanita bisa menjadi fitnah terbesar bagi kaum laki-laki, yang membuat laki-laki semakin menjauh dari Allah dan menyeret mereka ke jurang neraka jahannam, na’u dzubillahi min dzaaliik. Begitu pula dengan sebaliknya banyak lelaki yang bisa sukses tetapi tidak semua bisa menjadi lelaki shalih.
Sekarang para ikhwan, jika ingin memilih wanita untuk dijadikan sebagai pasangan hidup makan pilihlah sesuai dengan wasiat Rasulullah dalam sabdanya:
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berwasiat untuk memilih wanita yang memiliki dien (agama) yang baik sebagai ukuran keshalihan seorang wanita. Bukan kecantikan, kedudukan, atau hartanya.
Wahai para Ikhwan ataupun akhwat ketahuilah bahwa wanita yang menjadi idaman seorang ikhwan adalah, wanita yang berkriteria seperti berikut:
Dari Abu Hurairah Rhodiyalloohu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena dien (agama)-nya. Maka pilihlah yang memiliki dien (Agama) maka engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah… bagi ikhwan yang sedang dalam pencarian pasangan hidup tidak usah bimbang, bingung, mau jadi orang yang beruntung…? Pilihlah seperti yang diwasiatkan Rasulullah di atas, insya Allah itulah yang terbaik.
Dan bagi Akhwat yang disayangi oleh Allah mau jadi wanita pilihan para Ikhwan maka peliharalah, hiasilah kehidupanmu dengan Syariat Islam senantiasalah Istiqamah menjalankan Agama Allah jangan risau soal jodoh sebab semuanya sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, dan jangan terbawa arus model-model kehidupan yang tidak termaktub dalam syariat.
Ketahuilah bahwa Ikhwan sangat menyukai wanita shalihah, bersifat penyayang, perhatian, lemah lembut, cantik, tidak pemarah, dan tentunya memakai jilbab yang syar’i.
Sungguh mulia wanita yang shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan umat.
Sebelum penulis mengakhiri goresan ini sebuah tetesan tinta dari Negeri Seribu Benteng Maroko, mohon maaf jika terdapat kesalahan. Tak ada niat lain melainkan hanya untuk saling mengingatkan, semoga bermamfaat. Wallahu A’lamu Bishowab.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/18333/wanita-idaman-ikhwan/#ixzz1sfDtYPhU

Wanita Shalihah


Ikhwan akhwat yang sedang mencari pendamping hidup bacalah uraian berikut… Malu bertanya sesat di jalan…
Ikhwan, jika kalimat ikhwan dicerna dari segi bahasa Arab maka akan berarti lelaki, namun Negara kita Indonesia merupakan Negara yang mempunyai bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia, olehnya itu jika masyarakat mendengar kata ikhwan itu berarti sangat erat kaitannya dengan agama Islam, dengan demikian, pengertian ikhwan adalah lelaki yang senantiasa taat menjalankan Agama Allah, syariat Islam, dan melaksanakan perintah Allah serta menjauhi laranganNYA.
Ikhwan yang bersifat insani tentunya mengidam-idamkan wanita, yang bakal memperkokoh keimanan kepada Allah SWT, seiring berkembangnya roda era globalisasi maka tentunya untuk menemukan wanita yang benar-benar shalihah mungkin sudah sangat sulit atau jarang.
Ya, wanita shalihah, sebab telah ma’ruf bahwa sungguh mulia wanita yang shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan umat. Para ikhwan yang cerdas bakal memikirkan masa depan bukan dari segi dzahir saja namun akan berpikir juga masa depan dunia dan akhirat dengan memilih wanita shalihah maka akan melahirkan anak shalih yang akan berbakti, mendoakan orang tua jika sudah berpindah ke pangkuan ilahi. Nah, sekrang timbul pertanyaan, seperti apakah wanita shalihah itu…?

Pengertian Wanita Shalihah
Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim). Wanita shalihah adalah wanita yang bertaqwa, yaitu yang taat pada Allah dan Rasul-Nya. Wanita yang bertaqwa adalah selalu melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauh diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah, baik sebagai seorang anak, seorang istri, anggota masyarakat, dll.
Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki mukmin di dunia ini, maka kita akan melihat kebangkitan dunia Islam untuk mampu memimpin dunia, seperti baginda Rasul di belakang beliau terdapat wanita shalihah ummul mukminin Khadijah Radhiyallahu anha.
Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.
Wanita shalihah akan selalu berusaha melaksanakan syariat Islam dengan sepenuh kekuatan imannya. Dia akan mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilalloh) dengan memperbanyak ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah, menghiasi dirinya dengan akhlaqul karimah, bergaul dengan sesama manusia dengan muamalah yang sesuai syariat Islam, serta selalu memelihara diri agar tidak berbuat maksiat (perbuatan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/18333/wanita-idaman-ikhwan/#ixzz1sfDGEMaa

KASIHILAH DIRI KITA

KASIHILAH DIRI KITA

“ DAN BARANG SIAPA YANG BERSYUKUR MAKA SESUNGGUHNYA DIA BERSYUKUR UNTUK (KEBAIKAN) DIRINYA SENDIRI dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( An-Naml : 40 )

” DAN BARANG SIAPA YANG MENYUCIKAN DIRINYA, SESUNGGUHNYA IA MENYUCIKAN DIRI UNTUK KEBAIKAN DIRINYA SENDIRI. Dan kepada Allah-lah kembali (mu) “ (Al-Faathir :18 ).

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.

Di perempatan jalan, Umar,seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.

"Korannya bu ?" tawar Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran.Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

"Mau koran yang mana bu?" tanya Umar dengan riang.

"Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca," jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima.

"Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya?, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu "Udah miskin sombong!".

Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau, meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.

Umar berlari lagi ketepi, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir - butir air yang masih menempel.Sambil termenung dia menatap nanar rintik - rintik hujan didepannya,

"Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku," gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar. Tiba - tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut - sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,

"Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk," Dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil.

Umar dengan langkah cepat menghampiri laki - laki yang ada di mobil.

"Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan," pinta Umar dengan penuh harap.

Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

"Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau."

"Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?" tanya Umar sekali lagi.

"Bbbbbooolehh?" jawab pria tersebut dengan tertegun.

Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk didekatinya Umar.

"Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang," Dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan kasihan.

"Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya," jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa.

"Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya?"

Si anak kecil tersenyum dengan manis, "Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus."

"Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran dimana aku yang akan mentraktir," ujar sang bapak dengan nada agak tinggi karena merasa anak didepannya berfikir keliru. Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,

"Pak !, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali dikemudian hari."

Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki didepannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,"Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya."

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil didepannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.

"TERNYATA BUKAN DIA YANG HARUS DIKASIHANI, HARUSNYA AKU YANG LAYAK DIKASIHANI, KARENA AKU JARANG BISA BERDAMAI DENGAN HARI INI."

Jika kita meletakkan kebahagiaan di luar diri kita maka kita tidak akan pernah merasa bahagia.

KITA TAK MEMERLUKAN APA-APA UNTUK BAHAGIA. KEBAHAGIAAN ADA DALAM DIRI KITA SENDIRI, PERMASALAHANNYA ADALAH KITA SERING KALI MENCARI KELUAR DARI DIRI KITA UNTUK MENEMUKANNYA.

” Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah (atom), dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar ”.( An-Nisaa’ :40 )

” Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat aniaya kepada diri mereka sendiri.” (Yunus : 44 )

” Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” (An-Nisaa’ 110 )

PUNYA SEDIKIT KELEBIHAN ? Jangan BUANG semuanya, SISAKAN dan ABADIKAN dengan SEDEKAH

Sabtu, 07 April 2012

Dino Kembali Aktif Melatih Fisik Persib

Dino Kembali Aktif Melatih Fisik Persib

Apa artinya sebuah kehidupan

Assalamu'alaikum. Wr.Wb.



Bagaimana kabar semua? semoga senantiasa selalu dalam lindungan_Nya. maaf baru sempat krim artikel lagi. semoga dengan membaca artikel ini tambah ilmu yang kita dapatkan dan berbagi pada sesama.


Apa artinya sebuah kehidupan
tanpa permasalahan yang ada menemani kita
Permasalahan yang mampu membuat kita
belajar banyak tentang arti kehidupan

Bersyukurlah kita jika kita memiliki permasalahan dalam hidup
karena disitulah kita mampu untuk melatih iman kita
Kehidupan sekarang ini yang penuh dengan lika-liku
jangan membuat kita gentar dan membuat kita menjadi lemah

Memang permasalahan itu begitu banyak sekali
Mulai dari permasalahan pribadi, keluarga, karir, cinta, masyarakat, politik, ekonomi, agama dan unsur-unsur yang lain
Tapi apakah dengan semua masalah itu hanya membuat kita terpuruk??
Hanya membuat kita menjadi lemah dan down??

Sayang sekali...,,
Padahal kita memiliki IMAN
Kita memiliki kepercayaan kepada Pencipta kita
Dialah ALLAH Rabbul Izzati...
Kelemahan dan kekuatan kita sewaktu kita diciptakan

Dia telah mempersiapkan kita untuk mampu 
menghadapi semua persoalan dalam kehidupan
Dia Maha Mengerti tentang apa yang kita alami
dan Dia Mampu dan Mau untuk membantu kita
walau kita kadang jauh dari pada-Nya..
Kehidupan ini begitu singkat. Tiada yang tahu kapan akhir dunia.
Kehidupan ini jelas penuh resiko,
karena setiap tarikan nafas kita tiada yang tahu
akan kembali atau tidak..

Sebelum waktu terhenti untuk kita,
manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya..
Jangan tunda apa yang bisa kita lakukan saat ini,
sebelum semuanya menjadi sebuah penyesalan..
Kehidupan ini adalah suatu kesalahan yang berkesinambungan
dimana kita belajar menjadi sempurna,
seperti halnya dalam mengenai cinta..

Cinta itu bukanlah mencintai seseorang yang sempurna,
tapi mencintai seseorang yang tidak sempurna secara sempurna..
Dalam hidup begitu banyak rintangan,
namun besar atau kecilnya suatu rintangan tergantung pada besar atau kecilnya jiwa orang yang menghadapinya..

Banyak pelajaran yang berharga dalam tiap-tiap kehidupan seseorang
dimana seseorang belajar untuk menjadi lebih bijak dan lebih sabar
dalam mengarungi samudera kehidupannya..

Betapa hidup ini indah (Ma Ajmala Hadzihil Hayah) kalau kita senantiasa ingat Pada_Nya dan mensyukuri apa yang ada.



Wassalamu'alaikum. Wr.Wb


dari berbagai sumber